Tuesday, January 17, 2012

Melihat Lokasi Berdasarkan IP Address

Bagaimana caranya melihat lokasi seseorang dengan melihatnya dari IP Address?

Biasanya di forum-forum tertentu setiap posting user disertakan dengan IP Address dimana tempat user tersebut online, atau ada beberapa hal lain menampilkan IP Address. Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet (http://id.wikipedia.org/wiki/Alamat_IP).
Ada banyak fungsi dari adanya IP Address ini, salah satunya adalah bisa mengetahui lokasi dari IP address tersebut. Salah satu website yang memberikan informasi lokasi dari IP adress yaitu di http://www.utrace.de. Informasi lokasi cukup jelas karena karena langsung diarahkan dengan menggunakan google map. Contoh seperti di gambar berikut.


Saturday, January 14, 2012

Pelayanan Kapal PELNI yang melayani jalur Tanjung Priok Jakarta – Gunungsitoli Nias

129-2010: Business Intelligence Solution to Improve Educational Standards and Performance for an Australian State Education Authority
Pulang kampung naik kapal Lawit, salah satu kapal PELNI dengan keberangkatan dari pelabuhan Tanjung Priok. Dengan waktu keberangkatan 20 Desember 2011 pada pukul 09:00. Perkiraan banyak yang pulang kampung seperti di tahun sebelumnya, kenyataannya sedikit. Dari Tanjung Priok terasa santai karena kapal sudah tiba di pelabuhan sejak pukul 5 pagi dan para penumpang diijinkan bisa naik. Beda dengan dulu, penumpang naik pada saat yang bersamaan.
Kapal Lawit adalah salah satu pilihan transportasi laut pulang pergi Nias-Jakarta selama beberapa tahun terakhir. Sampai saat ini hanya melayani perjalanan satu kali dalam sebulan dari Jakarta ke Nias dan sebaliknya. Merupakan pilihan bagi masyarakant Nias yang ingin pulang pergi Nias-Jakarta karena harga tiket yang lumayan terjangkau. Walaupun dengan waktu tempuh yang cukup lama 4 hari 3 malam, tidak jarang lagi yang mabuk dalam perjalanan, menguras energi dan jenuh, namun kapal Pelni tetap menjadi pilihan.
Pertamakalinya saya sudah menggunakan jasa PELNI sejak tahun 2002, kemudian setelah itu beberapa kali saya pulang-pergi Nias-Jakarta. Bila dibandingkan dengan pelayanan PELNI antara tahun 2002 dengan saat ini sangat jauh berbeda. Dulu, pelayanan PELNI sangat baik dan professional, tetapi sekarang jauh dari kondisi baik.
Berikut ini adalah beberapa catatan saya tentang pelayanan PELNI selama pulang kampong dengan naik kapal Lawit. Pelayanan yang cenderung merugikan para penumpang, tidak mengutamakan kenyamanan dan keselamatan para penumpang. Adapun yang sudah saya rangkum, yaitu:
1.     Kasur di kelas ekonomi diperjual belikan oleh ABK
Banyak kasur ranjang di kelas ekonomi tidak ada, sebelum pemberangkatan dari pelabuhan Tanjung Priok, pedagang asongan ada yang menawarkan tikar plastik Rp 5.000. Kemudian ada juga yang menawarkan kasur, kelihatannya para ABK, kasur yang seharusnya ada di ranjang para penumpang, ditawarkan dengan harga Rp 5.000 per kasur. Tinggal nego harga terus ABK suruh tunggu sebentar, kasur kemudian muncul entah diambil dari mana.  
Itulah yang terjadi dengan kasur di ranjang kelas ekonomi, anehnya pada saat naik, ada beberapa yang sudah ada kasur, ada juga yang kosong, kemudian ada ABK yang menawarkan kasur untuk disewa. Ada  ketidaksamaan dalam pelayanan, harusnya kasur ini sudah masuk dalam biaya tiket Rp. 351.000.
2.     Kebersihan kamar mandi
Masuk ke toilet laki-laki, semua uriner rusak, air dari wastafel tidak mengalir, shower tidak berfungsi. Aroma tidak sedap yang terhirup, harus menahan nafas kuat-kuat untuk melawan aroma tak mengenakkan. Terkadang keinginan untuk ke kamar mandi seperti menjadi beban, tapi itu juga sudah menjadi kewajiban, harus bagaimana lagi.
3.     Air di kamar mandi suka macet
Pernah sore hari pada saat jam mandi, seorang anak kecil menangis, keluar dari kamar mandi bersama bapanya karena air tiba-tiba saja terhenti. Sabun di badannya belum sempat disiram, air sabun masuk di matanya sehingga dia menangis. Sambil berjalan dan anak ini menangis, mereka keluar mencari kamar mandi yang ada airnya.
Menurut penjelasan seorang ABK bahwa pasokan air kapal hanya diperoleh dari Jakarta, sedangkan dari Padang, Nias dan Sibolga, tidak disedikan oleh Pemerintah Daerah setempat. Katanya dari pihak manajemen PELNI sudah beberapa kali memberi permohonan kepada pemerintah daerah tapi belum ada tanggapan. Itulah alasannya air dihemat, dan sering dimatikan walaupun pada saat jam mandi para penumpang. Tapi anehnya pada saat kami tiba di Padang, ada pasokan air dari pelabuhan Teluk Bayur.  Kurang lebih 2 jam di Padang, sambil para penumpang naik, ada selang air yang dialirkan ke kapal.
4.     Penumpang bisa merokok seenaknya dalam kapal
Para penumpang yang perokok bisa merokok dengan sembarangan dalam kapal. Tentu sangat membahayakan kesehatan, sementara dalam kapal banyak anak-anak balita. Walaupun sudah ada larangan merokok di dinding kapal tapi tidak dihiraukan. Tidak ada teguran yang tegas dari PELNI untuk tidak merokok dalam kapal. Tidak memberikan pengarahan yang jelas, seharusnya bila ingin merokok di tempat yang sudah ditentukan atau di tempat terbuka.
5.     Biaya sewa ruang
Dek dua ini harusnya tempat para ABK kapal, tapi di sini banyak penumpang, katanya kamar ABK ini dijual bagi penumpang Ekonomi kalau mau tinggal nambah Rp 200.000 per orang. Di dalam kamar memang ada ranjang dan AC lebih dingin.

6.     Makanan
Pada siang di hari pertama, dari pusat informasi memberitahukan bahwa sejak November 2011, air minum tidak disedikan lagi pada saat makan pagi, siang dan malam. Di kelas ekonomi, sarapan pagi dengan lauk dengan sedikit telur dadar yang dipotong-potong kecil, sepotong kecil tahu, sayur kol, dan sebagainya. Makan siang dan malam dengan sepotong ikan kecil, dengan rasa daging yang sudah tidak segar. Mungkin kalau di rumah, kondisi makanan seperti ini harusnya sudah tidak dimakan. Aromanya yang sudah tidak segar, membuat nafsu makan hilang.
Di depan tangga dek 3, ada  ABK yang menjajakan atau berjualan makanan, gorengan, jual kopi, buah-buahan, kerupuk, dsb. Ada juga penjual keliling buah, kerupuk dalam dek penumpang. Kalau kantong tipis, harus berpikir ulang, beberapa dari penumpang tidak makan makanan dari kapal, tapi membeli makanan kantin dengan harga Rp 10.000 satu porsi. Banyak orang kesal dengan kondisi makanan ini, mungkin makanan orang penjara lebih enak dari makanan di kelas ekonomi.
7.     Naik ke kapal
Pada saat kami tiba di pelabuhan Teluk Bayur Padang, penumpang naik lebih banyak lagi. Sekitar 2/3 dari penumpang yang datang dari Jakarta. Penumpang naik sekaligus, sehingga naik dengan berdesak-desakkan. Sampai lorong dek kapal penuh, karena penumpang tidur di situ. Penuh sesak para penumpang, kebanyakan tidur di dekat pintu keluar dek 4 dan dek 5. Begitu prihatin melihat kondisi penumpang yang tidur di teras-teras kapal, banyak yang masih anak-anak bahkan balita, satu malam tidur dengan menahan derasnya angin malam. Tapi semuanya itu dianggap santai oleh para penumpang, yang penting sampai di kampung halaman.
8.     Turun dari kapal
Sampai di pelabuhan Gunungsitoli Nias, pusat informasi kapal memberitahukan bahwa waktu pemberhentian hanya 1 jam. Tangga turun yang tidak memadai dan membahayakan penumpang, hanya dengan sebidang tangga besi yang licin, bila tidak hati-hati maka kaki bisa terpeleset, harus sangat hati-hati ditambah lagi beban barang bawaan, dorongan dari penumpang lain yang ada di belakang dan ada perasaan terburu-buru mengingat waktu yang sangat singkat, ada perasaan takut ditinggal. Cuaca yang tidak mendukung, hujanpun turun sepanjang kapal berhenti. Sampai di perjalanan pulangpun, kami masih diguyur hujan.
Para petugas pelabuhan terkesan tidak tanggap, hanya diamankan oleh beberapa orang saja. Ditambah dengan fasilitas tangga turun yang sangat licin, membuat waktu turun penumpang menjadi lama, sementara dari pihak PELNI terus memberi informasi bahwa kapal akan diberangkatkan sebentar lagi.
Penumpang turun dengan gelisah, khawatir dibawa ke Sibolga, ada juga yang khawatir dengan barang yang masih tertinggal di atas kapal. Ada juga yang sudah sempat turun, tapi tidak dibolehkan naik lagi, sementara masih ada barang yang tertinggal di kapal. Para penjemput juga tidak diperbolehkan naik ke kapal. Stress, emosi, dan khawatir bercampur aduk dirasakan oleh para penumpang kapal. Bahkan tidak jarang para ibu-ibu yang membawa anak kecil teriak dan menangis pada saat turun. Dari dalam kapal tidak ada pengamanan dari petugas, sehingga ada aksi saling dorong, tidak peduli lagi ada anak-anak atau orang tua (orang tua yang lanjut usia).
Dalam hal ini, kapal PELNI hanya memberikan waktu 1 jam turun kepada para penumpang, sementara jumlah penumpang banyak, sebagian besar membawa barang-barang banyak, dan fasilitas tangga turun yang tidak memadai. Terkesan PELNI seperti tutup mata, tidak mau tau pokoknya penumpang harus turun cepat dalam 1 jam, tidak peduli dengan keselamatan penumpang, tidak peduli dengan jumlah penumpang yang banyak dan fasilitasnya. PELNI terkesan hanya ingin DUIT para penumpang………

Saran
Dari beberapa poin di atas, berikut saran buat PELNI, mudah-mudahan menjadi masukan yang positif.




  1. Sebaiknya PELNI melakukan evaluasi terhadap pelayanannya. Lebih memperhatikan kenyamanan penumpang, bukan hanya pada keuntungan semata. Karena bila begini terus, maka kesan terhadap pelayanan PELNI akan terus memburuk, bukan membaik. Walaupun memang saat ini PELNI menjadi salah satu pilihan utama transportasi khususnya bagi masyarakat Nias, tetapi lain kali orang berpikir dua kali untuk naik kapal, mendingan naik pesawat mahal tapi nyaman atau memilih alternative transportasi lain.
  2. Bila menaikkan harga tiket pun menurut saya tidak masalah, asal diimbangi dengan perbaikan pada pelayanan yang lebih baik.
  3. Waktu pemberhentian di pelabuhan Gunungsitoli yang sangat singkat hanya 1 jam, dimana waktu ini tidak cukup dengan jumlah penumpang segitu banyak. Seharusnya PELNI bisa membatasi kapasitas penumpang dengan waktu turun 1 jam. Seharusnya ada perbandingan, dalam waktu turun 1 jam berapa jumlah maksimal penumpang. Jangan asal menjual tiket dengan jumlah yang banyak, tetapi tidak bisa memberi waktu yang cukup bagi penumpang turun dari kapal. Jangan  hanya mementingkan diri sendiri, dalam hal ini PELNI hanya peduli dengan keuntungan PELNI sendiri, sementara kenyamanan dan keselamatan para penumpang menjadi taruhan.
  4. Menurut  informasi yang saya dengar tentang waktu pemberhentian di pelabuhan Gunungsitoli, bila lewat dari waktu 1 jam maka akan dikenakan denda pajak oleh pihak Pelabuhan. Itulah yang menjadi alasan PELNI mengapa terus memaksakan penumpang turun cepat dalam waktu 1 jam.
  5. Dalam kondisi seperti ini, saya lebih menyoroti manajemen PELNI yang tidak mengedepankan pelayanan terhadap pelanggan (penumpang), harusnya PELNI bila berani mengangkut penumpang banyak, maka PELNI juga seharusnya bertanggungjawab untuk membayar pajak lebih untuk waktu pemberhentian di pelabuhan, memberikan waktu yang cukup bagi penumpang.
  6. Fasilitas seperti tangga turun ataupun naik, sangat tidak layak dan bisa mengancam keselamatan para penumpang. Dalam hal ini saya tidak begitu paham apakah fasilitas ini seharusnya disediakan oleh petugas pelabuhan atau kapal PELNI. Yang penting dalam hal ini adalah PELNI dan pihak Pelabuhan harusnya lebih mementingkan pelayanan kepada penumpang, baik dalam hal pelayanan selama di kapal dan pelayanan pada saat naik dan turunnya penumpang.
  7. Buat para penumpang kapal, bila naik kapal agar mempersiapkan semua kebutuhan yang tidak didapatkan di atas kapal.



Harapan


  1. Semoga tulisan ini bisa dibaca oleh semua orang khususnya para masyarakat Nias, mengetahui kondisi pelayanan di kapal PELNI saat ini. Bagi penumpang yang sudah naik kapal Lawit, dan merasakan kondisi yang sama dengan dengan saya, agar memberi dukungan komentar dan bila perlu ditambahkan mana lagi yang tidak ada dalam tulisan ini.
  2. Buat manajemen PELNI, menjadi masukan yang positif agar ke depannya pelayanan PELNI menjadi lebih baik dari sekarang, bukan PELNI yang lebih mementingkan keuntungan sendiri, tetapi menjadi PELNI yang lebih mementingkan kepentingan pelanggan (penumpang), “Seberapapun mahalnya pelanggan berani bayar bila diberikan pelayanan yang baik”.
  3. Buat Pemerintah Daerah Nias, khususnya Bapak Bupati Gunungsitoli Nias, agar infrastruktur transportasi yang sudah ada bisa lebih baik lagi dan peduli dengan para penumpang, khususnya penumpang dari Nias. Agar fasilitas di pelabuhan seperti tangga turun penumpang, disediakan tangga turun yang tidak mengancam kesemalaman penumpang. Kiranya Bapak Bupati juga memperhatikan waktu pemberhentian kapal PELNI yang sangat terbatas, sehingga waktu naik dan turun penumpang bisa lebih lama. Karena naik atau turun berdesak-desakkan bisa mengancam keselamatan masyarakat Nias yang turun ataupun berpergian.






Akhirnya, semoga tulisan yang berisi pengalaman selama naik kapal PELNI pada Desember 2011 yang lalu ini bisa mewakili pengalaman dari para penumpang lain. Kiranya tulisan ini bisa didengar baik oleh pihak PELNI dan Pemerintah Daerah Nias akan kondisi masyarakat Nias.
Ya’ahowu.
Oleh: Harkat Christian Zamasi
Email: harkatchrist@gmail.com
Nias, 24 Desember 2011