Saturday, January 20, 2018

Mado

Mado atau marga atau family name, dimiliki oleh setiap orang yang berasal dari Suku Nias. Mado akan dipakai sebagai pelengkap nama setiap keturunan orang Nias. Seperti suku lain yang juga memiliki marga, Nias merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki marga dan digunakan dalam setiap nama karena memiliki makna yang sangat kuat, yang menandakan sebagai garis keturunan dari suatu marga atau keluarga besar. Setiap anak yang baru lahir diberikan nama dan marga mengikuti marga dari ayahnya, karena di Nias mengikuti garis keturuan ayah atau Patrilineal.

Mado pada awalnya berasal dari nama Kakek moyang atau leluhur yang kemudian nama tersebut digunakan oleh keturunan berikutnya dalam namanya. Mado bukan pemberian, tetapi karena sudah takdir lahir dalam sebuah keluarga mado tertentu, bukan pilihan dan tidak dapat ditukar. Mado merupakah sebuah kebanggaan, karena beberapa mado di pulau Nias memiliki cerita kebanggaan leluhur di masa lalu. Dulu masyarakat Nias memiliki kasta mulai dari yang terendah sampai tertinggi dilihat dari harta, posisi dalam sebuah lingkungan sosial seperti menjadi seorang ketua adat, tokoh adat, kepala desa, tuhenori, dan posisi sosial lainnya. Dulunya, masyarant Nias yang memiliki harta yang banyak, sangat dihormati dan berada pada posisi tertinggi dalam lingkungan masyarakat, dipandang dan dihormati, sebab yang memiliki harta banyak mampu melakukan pesta adat atau Gowasa. Gowasa ini dilakukan untuk meningkatkan derajat atau kasta sosialnya, dengan melakukan pesta, mengundang masyarakat banyak. Dalam pesta di Nias, babi merupakan alat atau sarana dan konsumsi paling mewah saat acara pesta, tidak ada makanan lain atau tidak ada yang dibawa pulang yang lebih istimewa dan terhormat selain daging babi. Semakin banyak jumlah babi yang dikorbankan dalam acara pesta, maka semakin tinggilah nilai pesta tersebut yang serta merta akan meninggikan posisi atau kasta si pemilik pesta (Solau Gowasa). Setelah pesta, dia akan dinobatkan atau diangkat dan ditempatkan pada level tertinggi dan terpandang sampai nanti anak dan cucunya.

Kembali ke Mado, ada hubungan kekeluargaan dan kebanggaan tersendiri, dimana dan siapapun itu, asal sesama marga. Misalnya ada seorang pejabat, katakanlah marga Laoli menjadi seorang Menteri, maka secara alamiah khususnya yang bermarga Laoli akan sangat bangga dan membagga-banggakan sosok pejabat tersebut.

Mado apakah bisa diberikan atau dihadiahkan? Beberapa masyarakat bukan asli Nias, tetapi sudah lama tinggal di Nias, memiliki mado karena pemberian. Ini bisa dilakukan oleh keluarga besar atau mado tertentu di Nias, karena sudah dianggap saudara, memiliki hubungan baik sehingga sebagai tanda persaudaraan diberilah mado. Beberapa yang saya ketahui seperti di Kota Gunungsitoli, orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di pulau Nias, mereka memiliki mado seperti Harefa, Zebua dan sebagainya. Ini merupakah sebuah pemberian dan kehormatan kepada seseorang yang diberikan mado.

Beberapa mado di Nias, memperbolehkan perkawinan sesama mado, karena bila dilihat dari garis keturunan sudah cukup jauh. Namun ada juga mado yang tidak memperbolehkan kawin sesama mado, bahkan ada fondrako (perjanjian leluhur yang tidak boleh dilanggar) dan sampai kepada keturunan tetap menyakini fondrako tersebut. Bila ada yang mencoba melanggar maka itu dianggap tabu dan memalukan, dan bahkan diyakini akan menerima kutukan.

Mado... he mado...? Ya'ahowu mado... (di dalamnya ada makna, hei..kamu adalah saudaraku, begitulah kira-kira). Begitulah sapaan keakraban kepada seseorang yang baru kita kenal tetapi sesama mado.

Ya'ahowu!
HCZ

No comments: