Tuesday, January 23, 2018

Ni’owuru (Bagian ke-2)

Meneruskan tulisan saya sebelumnya mengenai Ni'owuru di tautan http://onekhe.blogspot.co.id/2012/02/niowuru.html yang sudah terposting beberapa tahun yang lalu. Banyak warisan budaya dari daerah Nias yang tidak banyak dikenal oleh banyak orang bahkan mungkin orang Nias asli yang lahir di luar pulau Nias. Ni'owuru ini salah satu makanan khas di pulau Nias dan susah didapatkan di daerah lain. Ni'owuru yang rasanya asin, asin pahit karena kadar garamnya yang sangat tinggi, namun rasa nikmat dan khasiat dari makanan ini tetap terasa dan tak terlupakan. Bagi orang Nias yang sudah lama di perantauan pasti merindukan makanan yang satu ini.

Sebuah tulisan yang berjudul "Ni Oworu, Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016" di tautan https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/2016/11/04/ni-oworu-warisan-budaya-takbenda-indonesia-2016/, memberikan sebuah keterangan bahwa Ni'owuru sudah mulai punah, entah informasi ini diperoleh dari mana tetapi saya percaya tulisan ini tentu ada sumber referensinya. Bisa jadi Ni'owuru ini sudah mulai langka di pulau Nias karena berkembangnya teknologi seperti saat ini sudah ada mesin kulkas (freezer) yang digunakan untuk mengawetkan bahan makanan.

Kalau dilihat dari asal usulnya, ni'owuru ini salah satu cara mengawetkan makanan khususnya daging babi dengan garam lalu kemudian disimpan dalam wadah tertutup, cara ini dilakukan pada zaman dahulu dikala itu belum ada mesin kulkas bahkan listrik pun juga belum masuk di Nias.

Jadi bisa saja cara mengawetkan daging menggunakan garam ini akan semakin langka dan susah didapatkan lagi di Pulau Nias. Karnea dari sisi kesehatan mengkosumsi garam berlebihan bisa menyebabkan berbagai penyakit bagi tubuh. Rasa daging yang diawetkan dengan garam tentu tidak seperti rasa aslinya, namun dengan menggunakan freezer rasanya aslinya tetap awet. Inilah yang menyebabkan daging ni'owuru ini bisa jadi akan semakin langka. Mungkin saja nanti beberapa tahun lagi, ni'owuru ini hanya tinggal nama saja.

Perlu ada tindakan untuk melestarikan budaya yang satu ini agar tetap eksis dan tidak tinggal nama. Mungkin perlu dibuat menjadi oleh-oleh khas Nias, dibuat dalam kemasan khusus, dijual di warung daging ataupun di pusat oleh-oleh khas Nias.

Mungkin pernah mendengar "Ikan Roa" dari Manado, ikan ini merupakan ikan khas dari Manado. Rasanya enak dan gurih, akan lebih nikmat bila dijadikan sambel roa. Ikan roa inipun menjadi oleh-oleh khas Manado bahkan bisa dipesan secara online. Sebenarnya ikan ini bisa didapatkan hampir di semua perairan Indonesia termasuk di pulau Nias, orang Nias menyebut ikan ini ikan "toda". Tetapi mengapa ikan roa ini sangat khas, karena mereka kemas menjadi oleh-oleh khas. Tidak salah bila masyarakat Nias belajar bagaimana mengemas dan dapat menjual Ni'owuru menjadi khas seperti Ikan Roa dari Manado.

Semoga pengrajin dan kuliner di pulau Nias dapat mengemas Ni'owuru ini menjadi sesuatu yang bernilai dan dicari di pulau Nias, menjadi komoditas yang bisa dijual untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Berharap dengan brand dan rasa khasnya, menjadi oleh-oleh wajib masyarakat Nias yang pulang kampung dan bahkan wisatawan yang datang ke Nias juga menjadi penasaran dan mencoba oleh-oleh ni'owuru ini, semoga saja...

Ya'ahowu.

No comments: