Pulang kampung naik kapal Lawit, salah satu kapal PELNI dengan keberangkatan dari pelabuhan Tanjung Priok. Dengan waktu keberangkatan 20 Desember
2011 pada pukul 09:00. Perkiraan banyak yang pulang kampung seperti di tahun sebelumnya, kenyataannya sedikit. Dari Tanjung Priok terasa santai karena kapal sudah tiba di pelabuhan
sejak pukul 5 pagi dan para
penumpang
diijinkan bisa naik. Beda dengan
dulu, penumpang naik pada saat yang bersamaan.
Kapal Lawit adalah salah satu pilihan transportasi laut pulang pergi Nias-Jakarta selama beberapa tahun terakhir. Sampai
saat ini hanya melayani perjalanan satu
kali dalam sebulan dari Jakarta ke Nias dan sebaliknya. Merupakan pilihan bagi masyarakant
Nias yang ingin pulang pergi Nias-Jakarta karena harga tiket yang lumayan terjangkau. Walaupun dengan waktu
tempuh yang cukup lama 4 hari 3 malam, tidak jarang lagi yang mabuk dalam
perjalanan, menguras energi dan jenuh, namun kapal Pelni tetap menjadi pilihan.
Pertamakalinya
saya sudah menggunakan jasa PELNI sejak tahun 2002, kemudian setelah itu
beberapa kali saya pulang-pergi Nias-Jakarta. Bila dibandingkan dengan
pelayanan PELNI antara tahun 2002 dengan saat ini sangat jauh berbeda. Dulu,
pelayanan PELNI sangat baik dan professional, tetapi sekarang jauh dari kondisi
baik.
Berikut
ini adalah beberapa catatan saya tentang pelayanan PELNI selama pulang kampong
dengan naik kapal Lawit. Pelayanan yang cenderung merugikan para penumpang,
tidak mengutamakan kenyamanan dan keselamatan para penumpang. Adapun yang sudah
saya rangkum, yaitu:
1. Kasur di kelas ekonomi
diperjual belikan oleh
ABK
Banyak
kasur ranjang di kelas ekonomi tidak ada, sebelum
pemberangkatan dari pelabuhan Tanjung Priok, pedagang asongan ada yang menawarkan tikar plastik Rp 5.000. Kemudian ada juga yang menawarkan kasur,
kelihatannya para ABK, kasur yang seharusnya ada di ranjang para penumpang,
ditawarkan dengan harga Rp 5.000 per kasur. Tinggal nego harga terus ABK suruh tunggu
sebentar, kasur kemudian muncul entah diambil dari mana.
Itulah yang terjadi dengan kasur di ranjang kelas
ekonomi, anehnya pada saat
naik, ada beberapa yang sudah ada kasur, ada juga yang kosong, kemudian ada ABK
yang menawarkan kasur untuk disewa.
Ada ketidaksamaan dalam pelayanan,
harusnya kasur ini sudah masuk dalam biaya tiket Rp. 351.000.
2. Kebersihan
kamar mandi
Masuk ke toilet laki-laki, semua uriner rusak, air dari wastafel tidak mengalir, shower tidak
berfungsi. Aroma tidak sedap yang terhirup, harus menahan
nafas kuat-kuat untuk melawan aroma tak mengenakkan. Terkadang keinginan untuk
ke kamar mandi seperti menjadi beban, tapi itu juga sudah menjadi kewajiban,
harus bagaimana lagi.
3. Air di kamar mandi suka
macet
Pernah sore hari pada saat jam mandi, seorang anak
kecil menangis, keluar dari kamar mandi bersama bapanya karena air tiba-tiba saja terhenti. Sabun
di badannya belum sempat disiram, air
sabun masuk di matanya sehingga dia menangis. Sambil berjalan dan
anak ini menangis, mereka keluar mencari kamar mandi yang ada airnya.
Menurut
penjelasan seorang ABK bahwa pasokan air kapal hanya diperoleh dari Jakarta, sedangkan dari Padang,
Nias dan Sibolga, tidak disedikan oleh Pemerintah Daerah setempat. Katanya dari pihak manajemen PELNI sudah
beberapa kali memberi
permohonan kepada pemerintah daerah tapi belum ada tanggapan. Itulah alasannya
air dihemat, dan sering dimatikan “walaupun pada saat jam mandi para penumpang”. Tapi anehnya pada saat kami tiba di Padang, ada pasokan
air dari pelabuhan Teluk Bayur. Kurang
lebih 2 jam di Padang, sambil para penumpang naik, ada selang air yang
dialirkan ke kapal.
4. Penumpang
bisa merokok
seenaknya dalam kapal
Para penumpang yang perokok bisa merokok dengan
sembarangan dalam kapal. Tentu
sangat membahayakan kesehatan, sementara dalam
kapal banyak anak-anak balita.
Walaupun sudah
ada larangan merokok di dinding kapal tapi tidak
dihiraukan. Tidak ada teguran yang tegas dari PELNI untuk tidak merokok dalam
kapal. Tidak memberikan pengarahan yang jelas, seharusnya bila ingin merokok di tempat yang sudah
ditentukan atau di tempat terbuka.
5. Biaya
sewa ruang
Dek dua ini harusnya tempat para ABK kapal, tapi di sini
banyak penumpang, katanya kamar ABK ini dijual bagi penumpang Ekonomi kalau mau
tinggal nambah Rp 200.000 per orang. Di dalam kamar memang ada ranjang dan AC
lebih dingin.
6. Makanan
Pada siang di hari pertama, dari pusat informasi memberitahukan bahwa
sejak November 2011, air minum tidak disedikan lagi pada saat makan pagi, siang
dan malam. Di kelas ekonomi, sarapan
pagi dengan lauk dengan sedikit telur
dadar yang dipotong-potong kecil, sepotong kecil tahu, sayur kol, dan sebagainya. Makan siang dan malam dengan sepotong ikan kecil, dengan rasa
daging yang sudah tidak segar. Mungkin kalau di rumah, kondisi makanan seperti ini harusnya sudah tidak dimakan. Aromanya yang sudah tidak segar, membuat
nafsu makan hilang.
Di
depan tangga dek 3, ada ABK yang menjajakan atau berjualan makanan,
gorengan, jual kopi, buah-buahan, kerupuk, dsb. Ada juga penjual keliling buah, kerupuk dalam dek penumpang. Kalau kantong tipis, harus berpikir
ulang, beberapa dari penumpang tidak makan makanan dari kapal, tapi membeli
makanan kantin dengan harga Rp 10.000 satu porsi. Banyak orang kesal dengan
kondisi makanan ini,
mungkin makanan orang
penjara lebih enak dari makanan di kelas ekonomi.
7. Naik ke
kapal
Pada saat kami tiba di pelabuhan Teluk Bayur
Padang, penumpang naik lebih banyak lagi.
Sekitar 2/3 dari penumpang yang datang dari Jakarta. Penumpang naik sekaligus,
sehingga naik dengan berdesak-desakkan.
Sampai lorong dek kapal penuh, karena penumpang tidur di situ. Penuh sesak para
penumpang, kebanyakan tidur di dekat pintu keluar dek 4 dan dek 5. Begitu
prihatin melihat kondisi penumpang yang tidur di teras-teras kapal, banyak yang masih anak-anak bahkan balita, satu malam tidur
dengan menahan derasnya angin malam. Tapi semuanya itu dianggap santai oleh
para penumpang, yang penting sampai di kampung halaman.
8. Turun
dari kapal
Sampai
di pelabuhan Gunungsitoli Nias, pusat informasi kapal memberitahukan bahwa waktu pemberhentian hanya 1 jam. Tangga
turun yang tidak memadai dan membahayakan penumpang, hanya dengan sebidang tangga besi yang
licin, bila tidak hati-hati maka kaki
bisa terpeleset, harus sangat
hati-hati ditambah lagi beban barang bawaan, dorongan dari penumpang lain yang
ada di belakang dan ada perasaan
terburu-buru mengingat waktu yang sangat singkat, ada perasaan takut ditinggal.
Cuaca yang tidak mendukung, hujanpun turun sepanjang
kapal berhenti. Sampai di perjalanan pulangpun, kami
masih diguyur hujan.
Para petugas pelabuhan terkesan tidak tanggap, hanya diamankan oleh beberapa orang saja. Ditambah
dengan fasilitas tangga turun yang sangat licin, membuat waktu turun penumpang
menjadi lama, sementara dari pihak PELNI terus memberi informasi bahwa kapal
akan diberangkatkan sebentar lagi.
Penumpang turun dengan gelisah, khawatir
dibawa ke Sibolga, ada juga yang khawatir dengan barang yang masih tertinggal
di atas kapal. Ada juga yang sudah sempat turun, tapi tidak dibolehkan naik
lagi, sementara masih ada barang yang tertinggal di kapal. Para penjemput juga
tidak diperbolehkan naik ke kapal. Stress, emosi, dan khawatir bercampur aduk
dirasakan oleh para penumpang kapal. Bahkan tidak jarang para ibu-ibu yang
membawa anak kecil teriak dan menangis pada saat turun. Dari dalam kapal tidak ada pengamanan dari petugas,
sehingga ada aksi saling dorong, tidak peduli lagi ada anak-anak atau orang tua
(orang tua yang lanjut usia).
Dalam
hal ini, kapal PELNI hanya memberikan waktu 1 jam turun kepada para penumpang,
sementara jumlah penumpang banyak, sebagian besar membawa barang-barang banyak,
dan fasilitas tangga turun yang tidak memadai. Terkesan PELNI seperti tutup
mata, tidak mau tau pokoknya penumpang harus turun cepat dalam 1 jam, tidak
peduli dengan keselamatan penumpang, tidak peduli dengan jumlah penumpang yang
banyak dan fasilitasnya. PELNI terkesan hanya ingin DUIT para penumpang………
Saran
Dari
beberapa poin di atas, berikut saran buat PELNI, mudah-mudahan menjadi masukan
yang positif.
- Sebaiknya PELNI melakukan evaluasi terhadap pelayanannya. Lebih memperhatikan kenyamanan penumpang, bukan hanya pada keuntungan semata. Karena bila begini terus, maka kesan terhadap pelayanan PELNI akan terus memburuk, bukan membaik. Walaupun memang saat ini PELNI menjadi salah satu pilihan utama transportasi khususnya bagi masyarakat Nias, tetapi lain kali orang berpikir dua kali untuk naik kapal, mendingan naik pesawat mahal tapi nyaman atau memilih alternative transportasi lain.
- Bila menaikkan harga tiket pun menurut saya tidak masalah, asal diimbangi dengan perbaikan pada pelayanan yang lebih baik.
- Waktu pemberhentian di pelabuhan Gunungsitoli yang sangat singkat hanya 1 jam, dimana waktu ini tidak cukup dengan jumlah penumpang segitu banyak. Seharusnya PELNI bisa membatasi kapasitas penumpang dengan waktu turun 1 jam. Seharusnya ada perbandingan, dalam waktu turun 1 jam berapa jumlah maksimal penumpang. Jangan asal menjual tiket dengan jumlah yang banyak, tetapi tidak bisa memberi waktu yang cukup bagi penumpang turun dari kapal. Jangan hanya mementingkan diri sendiri, dalam hal ini PELNI hanya peduli dengan keuntungan PELNI sendiri, sementara kenyamanan dan keselamatan para penumpang menjadi taruhan.
- Menurut informasi yang saya dengar tentang waktu pemberhentian di pelabuhan Gunungsitoli, bila lewat dari waktu 1 jam maka akan dikenakan denda pajak oleh pihak Pelabuhan. Itulah yang menjadi alasan PELNI mengapa terus memaksakan penumpang turun cepat dalam waktu 1 jam.
- Dalam kondisi seperti ini, saya lebih menyoroti manajemen PELNI yang tidak mengedepankan pelayanan terhadap pelanggan (penumpang), harusnya PELNI bila berani mengangkut penumpang banyak, maka PELNI juga seharusnya bertanggungjawab untuk membayar pajak lebih untuk waktu pemberhentian di pelabuhan, memberikan waktu yang cukup bagi penumpang.
- Fasilitas seperti tangga turun ataupun naik, sangat tidak layak dan bisa mengancam keselamatan para penumpang. Dalam hal ini saya tidak begitu paham apakah fasilitas ini seharusnya disediakan oleh petugas pelabuhan atau kapal PELNI. Yang penting dalam hal ini adalah PELNI dan pihak Pelabuhan harusnya lebih mementingkan pelayanan kepada penumpang, baik dalam hal pelayanan selama di kapal dan pelayanan pada saat naik dan turunnya penumpang.
- Buat para penumpang kapal, bila naik kapal agar mempersiapkan semua kebutuhan yang tidak didapatkan di atas kapal.
Harapan
- Semoga tulisan ini bisa dibaca oleh semua orang khususnya para masyarakat Nias, mengetahui kondisi pelayanan di kapal PELNI saat ini. Bagi penumpang yang sudah naik kapal Lawit, dan merasakan kondisi yang sama dengan dengan saya, agar memberi dukungan komentar dan bila perlu ditambahkan mana lagi yang tidak ada dalam tulisan ini.
- Buat manajemen PELNI, menjadi masukan yang positif agar ke depannya pelayanan PELNI menjadi lebih baik dari sekarang, bukan PELNI yang lebih mementingkan keuntungan sendiri, tetapi menjadi PELNI yang lebih mementingkan kepentingan pelanggan (penumpang), “Seberapapun mahalnya pelanggan berani bayar bila diberikan pelayanan yang baik”.
- Buat Pemerintah Daerah Nias, khususnya Bapak Bupati Gunungsitoli Nias, agar infrastruktur transportasi yang sudah ada bisa lebih baik lagi dan peduli dengan para penumpang, khususnya penumpang dari Nias. Agar fasilitas di pelabuhan seperti tangga turun penumpang, disediakan tangga turun yang tidak mengancam kesemalaman penumpang. Kiranya Bapak Bupati juga memperhatikan waktu pemberhentian kapal PELNI yang sangat terbatas, sehingga waktu naik dan turun penumpang bisa lebih lama. Karena naik atau turun berdesak-desakkan bisa mengancam keselamatan masyarakat Nias yang turun ataupun berpergian.
Akhirnya, semoga tulisan yang berisi pengalaman selama naik kapal PELNI pada Desember 2011 yang lalu ini bisa mewakili pengalaman dari para penumpang lain. Kiranya tulisan ini bisa didengar baik oleh pihak PELNI dan Pemerintah Daerah Nias akan kondisi masyarakat Nias.
Ya’ahowu.
Oleh: Harkat Christian
Zamasi
Email: harkatchrist@gmail.com
Nias, 24 Desember 2011
Email: harkatchrist@gmail.com
Nias, 24 Desember 2011
2 comments:
Apa yang anda rasakan juga pernah saya rasakan saudara, saat keberangkatan ke jakarta juli 2012.
Semoga kondisi itu segera menjadi lebih mulia dari yang apa yang pernah saya rasakan.
Ya'ahowu saudara,
Saya mau tanya
Apakah bisa bawa motor roda 2 dikapal pelni itu,?????
Saya dri jakarta kenias
Tolong infonya yaa boss
Post a Comment