Keramahan adalah sebuah nilai sosial bangsa Indonesia yang
selalu dibanggakan, kebiasaan yang sudah diturunkan dari nenek moyang bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Merauke, apapun suku, pulau, warna kulit, agama,
dan sebagainya, keramahan sudah menjadi prinsip kehidupan sosial masyarakat
Indonesia yang mungkin tidak dimiliki atau tidak seperti di negara lain di
dunia. Keramahan menurut saya adalah sikap sosial yang peduli dengan sesamanya dimulai
dari tetangga, sekampung, atau kepada siapapun seseorang melakukan interaksi
sosial. Dalam keramahan ada sikap saling menghormati, toleransi, empati, suka
menolong, gotong royong, dan nilai-nilau luhur sosial lainnya.
Akhir-akhir ini banyak kita temui kehidupan keramahan ini
sudah mulai terkikis sedikit demi sedikit, ditandai dengan komunikasi sosial
yang terjadi antar tetangga. Sapa menyapa adalah cirikhas bangsa keramahan Indonesia,
di kampung-kampung menyapa ini adalah sikap yang baik, menghormati dan
bersahabat dengan siapa yang disapa. Sapaan bisa dibilang sebagai bukti
kerukunan dengan orang lain, karena tidak mungkin atau susah sekali bagi
seseorang untuk saling menyapa bila sedang ada perselisihan misalnya.
Menyapa siapa saja, di kampung saya ini sikap yang baik dan
dipuji orang. Menyapa dengan “Ya’ahowu” kepada siapa saja terlebih kepada orang
yang lebih tua dari kita. Keluarga dalam hal ini orang tua dan juga guru-guru
di sekolah selalu menanamkan untuk selalu menyapa orang lain. Menyapa orang
lain dengan “Ya’ahowu” itu menandakan sikap menghormati orang lain, ada rasa
persaudaraan atau persahabatan walaupun baru kenal sekalipun. Kalau datang di kampung
saya, biasakan atau usahakanlah untuk menyapa dengan “Ya’ahowu”. Karena bila
kita tidak menyapa orang lain misalnya datang ke sebuah kampung kita bisa saja dianggap
sombong.
Lalu bagaimana dengan di daerah lain, saya yakin tentu juga
sama keramahan seperti menyapa orang lain adalah sikap yang baik yang terus
diajarkan kepada anak-anak. Namun keramahan ini saya lihat sudah mulai terkikis
sedikit demi sedikit, adanya sikap yang tidak peduli dan tidak saling menyapa
dengan tetangga, bukan karena adanya perselisihan namun karena memang sudah
dibiasakan untuk tidak saling menyapa. Apalagi di daerah perkotaan, di kompleks
perumahan misalnya, setiap rumah memasang pagar tinggi-tinggi sehingga tetangga
dan orang yang lewat depan rumahnya pun tidak kelihatan. Kebanyakan orang cuma
kelihatan saat keluar atau masuk pintu gerbang rumah. Ada tetangga yang tidak
saling mengenal, hanya saliang bertatapan mata dan tidak ada saling komunikasi.
Ya’ugö ba ya’o, begitulah kami menyebutnya dalam bahasa daerah kami.
Anak-anak kecil yang lewat depan rumah, sudah tidak ada
keramahan, lewat depan orang dewasa tidak ada kata permisi atau menyapa orang
yang lebih tua dengannya. Saya khawatir bila anak-anak ini tumbuh menjadi
dewasa sikap keramahannya seperti apa. Tentu sikap keramahan ini harus
diajarkan dan dipupuk mulai dari rumah oleh orang tua, sekolah, tempat ibadah,
dan sebagainya.
Jangan sampai keramahan kita sebagai Indonesia semakin lama
semakin hilang, semoga keramahan ini bisa terus terjaga sampai kapan pun, tetap
menjadi identitas yang baik yang dikenal orang bangsa-bangsa lain di dunia. Dukungan
kepedulian dari keluarga dan program pendidikan dari Pemerintah untuk
memasukkan pendidikan kehidupan sosial dalam pelajaran anak sekolah.
Ya’ahowu.
No comments:
Post a Comment