Thursday, January 24, 2019

Menyapalah

Keramahan adalah sebuah nilai sosial bangsa Indonesia yang selalu dibanggakan, kebiasaan yang sudah diturunkan dari nenek moyang bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, apapun suku, pulau, warna kulit, agama, dan sebagainya, keramahan sudah menjadi prinsip kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang mungkin tidak dimiliki atau tidak seperti di negara lain di dunia. Keramahan menurut saya adalah sikap sosial yang peduli dengan sesamanya dimulai dari tetangga, sekampung, atau kepada siapapun seseorang melakukan interaksi sosial. Dalam keramahan ada sikap saling menghormati, toleransi, empati, suka menolong, gotong royong, dan nilai-nilau luhur sosial lainnya.

Akhir-akhir ini banyak kita temui kehidupan keramahan ini sudah mulai terkikis sedikit demi sedikit, ditandai dengan komunikasi sosial yang terjadi antar tetangga. Sapa menyapa adalah cirikhas bangsa keramahan Indonesia, di kampung-kampung menyapa ini adalah sikap yang baik, menghormati dan bersahabat dengan siapa yang disapa. Sapaan bisa dibilang sebagai bukti kerukunan dengan orang lain, karena tidak mungkin atau susah sekali bagi seseorang untuk saling menyapa bila sedang ada perselisihan misalnya.

Menyapa siapa saja, di kampung saya ini sikap yang baik dan dipuji orang. Menyapa dengan “Ya’ahowu” kepada siapa saja terlebih kepada orang yang lebih tua dari kita. Keluarga dalam hal ini orang tua dan juga guru-guru di sekolah selalu menanamkan untuk selalu menyapa orang lain. Menyapa orang lain dengan “Ya’ahowu” itu menandakan sikap menghormati orang lain, ada rasa persaudaraan atau persahabatan walaupun baru kenal sekalipun. Kalau datang di kampung saya, biasakan atau usahakanlah untuk menyapa dengan “Ya’ahowu”. Karena bila kita tidak menyapa orang lain misalnya datang ke sebuah kampung kita bisa saja dianggap sombong.

Lalu bagaimana dengan di daerah lain, saya yakin tentu juga sama keramahan seperti menyapa orang lain adalah sikap yang baik yang terus diajarkan kepada anak-anak. Namun keramahan ini saya lihat sudah mulai terkikis sedikit demi sedikit, adanya sikap yang tidak peduli dan tidak saling menyapa dengan tetangga, bukan karena adanya perselisihan namun karena memang sudah dibiasakan untuk tidak saling menyapa. Apalagi di daerah perkotaan, di kompleks perumahan misalnya, setiap rumah memasang pagar tinggi-tinggi sehingga tetangga dan orang yang lewat depan rumahnya pun tidak kelihatan. Kebanyakan orang cuma kelihatan saat keluar atau masuk pintu gerbang rumah. Ada tetangga yang tidak saling mengenal, hanya saliang bertatapan mata dan tidak ada saling komunikasi. Ya’ugö ba ya’o, begitulah kami menyebutnya dalam bahasa daerah kami.

Anak-anak kecil yang lewat depan rumah, sudah tidak ada keramahan, lewat depan orang dewasa tidak ada kata permisi atau menyapa orang yang lebih tua dengannya. Saya khawatir bila anak-anak ini tumbuh menjadi dewasa sikap keramahannya seperti apa. Tentu sikap keramahan ini harus diajarkan dan dipupuk mulai dari rumah oleh orang tua, sekolah, tempat ibadah, dan sebagainya.

Jangan sampai keramahan kita sebagai Indonesia semakin lama semakin hilang, semoga keramahan ini bisa terus terjaga sampai kapan pun, tetap menjadi identitas yang baik yang dikenal orang bangsa-bangsa lain di dunia. Dukungan kepedulian dari keluarga dan program pendidikan dari Pemerintah untuk memasukkan pendidikan kehidupan sosial dalam pelajaran anak sekolah.

Ya’ahowu.

No comments: